HIkikomori sendiri adalah istilah Jepang yang berarti “menarik diri'” dan mulai menarik perhatian media sejak 1999-2000an karena kasusnya yang cukup fenomenal. Diduga ada 2 juta remaja Jepang (kebanyakan umur 13-20 tahun) yang mengalami penyakit ini. Sindrome yang paling jelas dari hikikomori adalah tidak pernah keluar kamar (atau rumah). Bahkan tercatat ada orang yang tidak keluar dari kamarnya selama 10 tahun (yang pasti di dalam kamar ada kamar mandinya, bisa2 berjamur kalo ga mandi selama 10 tahun).
OMG
China malah telah membuka suatu akademi yang khusus menangani remaja-remaja atau orang dewasa yang kecanduan internet, game, dan semacamnya. Mereka kebanyakan adalah hikikomori yang dikirim orang tuanya dengan harapan bisa kembali terjun ke kehidupan masyarakat. Metode pembelajarannya? Jangan membayangkan metode-metode lunak seperti ‘curhat bersama’ kayak di film Anger Management, penderita diperlakukan bak tentara dan menjalani kehidupan seperti di camp militer. Bahkan, yang baru-baru ini menimbulkan pro kontra, adalah metode setrum. Kok? iya, hikikomori-hikikomori itu didudukan di kursi listrik dan disetrum. Entah bagian mananya yang dianggap dapat mengurangi ketergantungan mereka akan teknologi. Belum ada yang mati se (kecewa…lho! ), hanya setelah itu camp rehabilitasi para hikikomori ditutup sementara, kayaknya sekarang uda dibuka lagi, ada yang mau ikut? silahkan daftar…dijamin…pulang-pulang tambah kisut..
Lha di Indonesia? Jangan salah, sekarang bisa jadi kita sedang meniru jepang, bukan dalam kemajuan IPTEK-nya, tapi jumlah hikikomorinya. Timbang bercakap-cakap langsung lebih gampang dan menyenangkan chatting via massanger dan tweet. Tren internet, jejaring sosial, dll apabila tidak kita sikapi dengan bijak juga dapat menjerumuskan kita sendiri. Karena itu, jangan mau diperbudak oleh teknologi, kitalah yang seharusnya memperbudak teknologi…(gj…huaha). Mari Berjuang.
Jadi gimana menurutmu teman?
Sumber : http://blackuro.blogspot.com/2010/07/jangan-jadi-hikikomori.html